top of page
Search

Bertaaruf dengan Guru Besar Universitas Gajah Mada ; Prof.Dr. Sofia Retnowati, MS

Writer's picture: Journal MoeslimJournal Moeslim

Oleh : Wardah Hafiza Husna


Dalam diamku ada banyak hal yang terbesit di hati, melihat teman-temanku yang begitu semangat mengejar deadline tugas yang menumpuk hingga terbayang bisa menjadi lirik lagu loh! "Di sini tugas di sana tugas, di mana-mana ada deadline tugas" hhihiii.. yah maklumlah sebentar lagi Ujian Akhir Semester, pasti banyak yang dihantui tugas-tugas selayaknya mahasiswa yang terkenal dengan sebutan "Si paling sibuk nugas" Fighting, teman seperjuanganku!!


Kembali lagi mengenai diam seribu bahasaku, kadang kalau ditanya "emang apa sih penyebabnya?" Yahh sama aja dengan yang lain, yaitu mikirin tugas gimana caranya bisa finish semuanya tanpa keluar dari jalur deadline, termasuk membuat naskah jurnalistik ini. Masih dua naskah lagi yang sedang diproses, yang satu ini berniat untuk wawancara salah satu mujahidah Pesantren Masa Keemasan (PMK) di Daarut Tauhid, satunya entahlah! Belum teranalogi yang kadang suka berubah-ubah.


Nah, wawancara bukan sembarang, bukan juga mengarang, apalagi asal-asalan, tapi wawancara harus berdasarkan apa yang terlihat dan kita dengar langsung dari narasumber wawancara kita. Hari demi hari berlalu, belum juga jumpa waktu dan seseorang yang tepat untuk diwawancara, sambil berbisik kepada yang Maha Kuasa agar diberikan bimbingan dan pertolongan-Nya di saat yang tepat. Sampai akhirnya pada hari ini, Rabu, 20 Juli 2022, setelah shalat Subuh dan Alma'tsurat, saya sembari melirik para mujahidah PMK dengan ciri khas syal kuning kunyitnya dan berpikir "Siapa yahh yang tepat untuk menjadi objek wawancara ini?" Akhirnya mataku menyorot ibu yang sedang duduk sendiri, tidak berdua, bertiga, apalagi berjejer, lalu kuhampiri dan aku pun duduk di hadapannya sembari bersalaman dan mengucapkan salam, juga menyampaikan tujuan. Ada beberapa pertanyaan yang temanya tidak jauh dari program PMK dan jawabannya akan aku torehkan di sini.

Nama ibu yang tengah kuhadapi ini Ibu Sofia Retnowati. Ibu Sofia berasal dari Yogyakarta yang terkenal dengan sebutan Kota Pelajar. Saat kutanya perihal keadaannya, beliau menjawab, "Baik, sehat, Allahu akbar!" Alhamdulillah beliau sangat antusias. Usianya kurang lebih 67 tahun, pekerjaannya adalah dosen dan menjadi Ibu rumah tangga. , Sampai saat ini, Ibu Sofia masih aktif mengajar di salah satu kampus ternama di Indonesia, yaitu Universitas Gajah Mada. Di perguruan tinggi, Ibu Sofia mengabdi sejak tahun 1978


Ibu Sofia seorang pakar psikologi klinis dan guru besar tetap Fakultas Psikologi di kampus bergengsi yang terkenal banyak melahirkan para pemuda yang ambisius akan prestasi. Berbicara tentang pendidikan, Ibu Sofia terus meniti jalan perjuangan untuk menuntut ilmu dengan semangat yang tak pernah padam, tak terkalahkan oleh usia sampai pada titik pendidikannya dengan gelar yang teristimewa: Prof. Dr. Sofia Retnowati, MS.


Ibu Sofia bukan sembarang profesor. Ia sering berkeliling dunia untuk melakukan penelitian mengenai psikologi mental di luar negeri. Namanya tercantum di salah satu situs internet dan dikenal sebagai guru besar Universitas Gajah Mada (https://psikologi.ugm.ac.id/sofia-retnowati/). Ibu Sofia merupakan konsultan tetap di berbagai lembaga dan biro konsultasi psikologi, serta memiliki banyak pengalaman sebagai anggota tim penanganan trauma di berbagai bencana yang pernah terjadi di Indonesia, seperti tsunami Aceh, Poso, dll.


Ibu Sofia tidak mempunyai latar belakang keagamaan yang kental dan bersekolah di sekolah Kristen dan Katholik pada masanya. Lantas apa yang membuatnya tertarik mengikuti PMK? Ia bercerita telah mendengarkan siaran MQ FM sejak 2013 rutin setiap pagi. Dari situlah Ibu Sofia mengetahui tentang program PMK Daarut Tauhiid. Dalam siaran ini, Aa Gym sering berdialog dengan peserta Pesantren Masa Keemasan (PMK) yang berumur 45 tahun ke atas.


Dalam hati Ibu Sofia pun terbesit keinginan, "Kapan yah saya bisa mengikuti program ini?" Karena kesibukannya yang padat, tidak mudah bagi Ibu Sofia untuk dapat mengikuti program PMK yang berlangsung 40 hari. Namun, pada akhirnya, Ibu Sofia pun bisa mengikuti PMK angkatan sekarang yang berlangsung dari tanggal 27 Juni hingga 5 Agustus 2022. Program ini sangat bagus, karena membekali peserta tentang cara menggapai akhir kehidupan yang husnul khotimah, yang menjadi impian semua orang. Dimana disibukkan dengan program yang padat sekali diisi dengan belajar agama, beribadah dengan cara yang baik, dan memperbaiki diri, para peserta ini sangat antusias dan senang dalam menjalani program ini.


Walaupun seorang guru besar, Ibu Sofia mengaku sebagai orang dengan tipe beragama yang biasa-biasa saja, bukan seorang yang mahir dalam ilmu agama. Ibu Sofia selalu iri ketika melihat di masjid para mahasiswi STAI Daarut Tauhid bersemangat dalam beribadah dan membaca Alqur'an. Bagusnya, di sisi lain, Ibu Sofia memiliki semangat yang luar biasa untuk memperbaiki ibadah dan belajar agama di sini. Ibu Sofia sangat berniat mengikuti program ini walaupun sambil membimbing para mahasiswa yang sedang mengerjakan skripsi.


Ibu Sofia sangat bersyukur sekali karena Allah telah memberikan waktu yang tepat. Motivasi yang selalu beliau pegang adalah ingin berakhir dengan husnul khotimah, sesuatu yang sangat didambakan semua orang. Sungguh menarik, Ibu Sofia sangat tawadhu dan selalu merasa kurang ilmu. Baginya, banyak yang menarik dalam ilmu agama yang dapat dijadikan bekal mengarungi kehidupan selanjutnya, yaitu akhirat. Ibu Sofia mengakui, kehidupannya yang lalu disibukkan oleh banyaknya pekerjaan rumah tangga maupun fakultas, memeriksa tugas mahasiswa, melakukan bimbingan, penelitian, dan lainnya. Ibu Sofia merasa, saat inilah waktu yang tepat untuk memperbaiki yang kurang dalam beribadah, entah dalam thoharoh ataupun dalam sholat.


Ibu Sofia memiliki kesan tentang Aa Gym sebagai sosok guru yang menjelaskan segala sesuatu dengan sangat sederhana, bahasanya yang ringkas, padat, jelas, tidak terlalu rumit. Misalkan dalam menyampaikan ilmu sabar, syukur, qolbun salim, itu sangat detail tapi sederhana dan apa yang disampaikan gurunda Aa Gym itu sangat luar biasa berpengaruh dalam kehidupan. Kadang kita tidak sadar bahwa Allah selalu mengurusi kehidupan kita dari bangun tidur hingga tidur kembali. Semua itu disampaikan dengan bahasa yang ringan. Sebagai dosen, Ibu Sofia merasa berbeda cara dalam menyampaikan perihal yang sama-sama menjelaskan tentang psikologi kesehatan.


Terakhir, Ibu Sofia menyampaikan pesan untuk para pemuda zaman Now alias generasi Z. "Kalau melihat para santri itu, saya iri sekali, karena bacaan Alqur'annya bagus, semangat ibadahnya luar biasa, ujarnya. Ibu Sofia sangat optimistis, generasi muda seperti ini akan menjadi calon pemimpin penerus yang paham agama dan tertib dalam kebersihan. Dalam pandangan psikologi, segala sesuatu yang dilakukan sebagai kebiasaan yang terus dilatih, maka akan menjadi karakter. Tapi, di sisi lain, menurut Ibu Sofia, banyak sekali permasalahan remaja di luar sana yang buruk perilaku.Ia berpesan, anak muda harus punya attitude atau akhlaq yang baik dan tetap semangat dalam menggali hal-hal baru di masa muda, jangan pernah lelah dalam belajar untuk menggapai masa depan yang cerah. “Nah, jadi belajarlah agama dengan baik dan totalitas, ucap Ibu Sofia. Di samping itu, peran orang tua sangat berpengaruh dalam upaya memberikan pendidikan terbaik, dengan cara menyekolahkan di tempat yang terbaik sistem pendidikannya dan sesuai dengan ajaran agama.”


Ibu Sofia mengakui bahwa pendidikan di Daarut Tauhiid ini telah mencakup segi afektif, kognitif, maupun psikomotorik. Dari segi afektif, perasaan siswa terus disentuh dan perilaku akhlaqnya terus dilatih. Daarut Tauhiid sudah memfasilitasi hal itu. Menurut Ibu Sofia, untuk para pendidik dan calon ibu di masa depan, belajar agama sedini mungkin merupakan hal yang sangat penting.


Ibu Sofia juga berbicara yang disampaikan oleh Umi Khairati tentang deteksi penyakit hati, diagnosisnya apa dan kemudian treatment-nya seperti apa. Progam PMK menyadarkan kita tentang penyakit hati, misalnya sombong, iri, dan dengki. Itu fitrah manusia yang bisa diberikan solusi dan cara mengobatinya. Nah, kesadaran itu sangat dibutuhkan agar nanti kita dapat menemukan, mendeteksi, lalu mencari obatnya dengan taubat serta bagaimana menjaga komitmen agar tetap istiqomah untuk meninggalkan kebiasaan buruk yang akan membawa kerugian dalam hidup. InsyaAllah.

30 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page