Oleh : Nisa Hasanah
Salah satu budaya yang dikembangkan di pondok pesantren Daarut Tauhiid ialah yang disebut sebagai BRTT. BRTT adalah singkatan dari Bersih, Rapi, Tertib, Teratur. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), bersih bermakna bebas dari kotoran, sedangkan bersih menurut agama Islam, dari segi pandangan ilmu fiqih khususnya pada pembahasan thaharah, adalah suatu keadaan terbebas dari segala jenis zat yang termasuk dalam mutanajis atau barang bernajis dan terbebas dari segala jenis hal yang dapat menyebabkan timbulnya hadas. Dapat disimpulkan bahwa bersih artinya keadaan tidak bernajis dan tidak berhadas.
Selanjutnya yaitu rapi. Rapi, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), berarti baik, teratur, bersih serta enak dipandang oleh mata. Rapi dapat diartikan tertata dengan baik. Selanjutnya yaitu tertib. Menurut kamus lengkap bahasa Indonesia (2010 : 548), tertib adalah tertata dan terlaksana dengan rapi atau menurut aturan yang telah ditentukan. Dapat disimpulkan bahwa tertib merupakan aturan untuk melakukan suatu pekerjaan secara teratur sesuai dengan peraturan-peraturan yang berlaku dengan penuh tanggung jawab tanpa paksaan dari siapapun.
Yang terakhir yaitu teratur. Arti kata teratur, menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), adalah sudah diatur baik-baik (rapi, beres). Arti lain dari kata teratur adalah berturut-turut dengan tetap. Jadi, bersih, rapi, tertib, teratur itu memiliki makna yang saling berkaitan dan saling menyempurnakan. Dengan adanya budaya BRTT, santri menjadi faham dan peka terhadap lingkungan di sekitarnya.
Lantas apa saja pendapat mengenai budaya BRTT Daarut Tauhiid? Anisa Oktavia, salah satu mahasiswa Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Daarut Tauhiid prodi Hukum Ekonomi Syariah (HES), berpendapat bahwa budaya BRTT itu berdampak positif bagi seseorang, karena mengajarkan kita peka terhadap kebersihan dan dapat melawan rasa malas”.
Budaya BRTT tampaknya dapat menumbuhkan kebiasaan yang positif. Contoh kecilnya dapat dilihat di Masjid Daarut Tauhiid, karena di sana sudah ditanamkan budaya BRTT, sandalpun ditata dengan rapi. Bahkan jamaah dari luar pun, yang tidak mengetahui budaya BRTT, hatinya menjadi tergerak untuk merapikan sandalnya sendiri ketika melihat sandal di masjid ditata rapi. “Dari situlah dapat disimpulkan bahwa budaya BRTT benar-benar berpengaruh untuk kami, ujar Anisa Oktavia.
Bersih juga bisa membuat lingkungan terlihat asri. Contoh kecil dari makna bersih ini ialah ketika kami sedang melaksanakan kegiatan mengumpulkan sampah-sampah kecil di jalanan sekitar Masjid. Terlihat bahwa sampahnya memang kecil, akan tetapi ketika dikumpulkan itu ternyata banyak. Dapat dibayangkan bahwa sampah ini dapat berakibat buruk terhadap warga dan lingkungan sekitar. Maka dari itu bersih ini memiliki makna dan dampak yang sangat baik bagi lingkungan sekitar.
Berikutnya adalah rapi, dengan adanya kerapihan segala sesuatu akan enak dipandang. Selanjutnya adalah tertib, mungkin tertib disini lebih kepada ketaatan menjalankan tugas. Contohnya, melaksanakan tugas untuk piket. Dan yang terakhir adalah teratur. Penerapan budaya BRTT di asrama itu ada jadwalnya, semuanya sudah diatur dengan baik dan dapat dilaksanakan secara teratur. “Budaya BRTT ini sangat bagus untuk kita dan orang lain, ujar Yusri, salah satu santri Program Pesantren Mahasiswa (PPM) di Daarut Tauhiid.
Dari beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan budaya BRTT sangat berpengaruh baik bagi terhadap lingkungan sekitar dan bahkan bisa mengubah kebiasaan buruk menjadi kebiasaan baik. Semoga kita semua dapat menanamkan budaya BRTT tersebut serta istiqamah untuk melaksanakannya.
Comentarios