Oleh : Wardah Hafiza Husna
Ada apa di Sudirman? Dalam pekan-pekan terakhir ini begitu deras berita tentang SCBD kependekan dari Sudirman Citayam Bojonggede Depok. Tentu saja, SCBD yang ini hanya kelakar, karena nama aslinya tak lain Sudirman Central Business District. Di tengah keramaian jalan wilayah bisnis Ibukota Jakarta ini telah digelar ajang peragaan busana yang lebih populer dengan sebutan Citayam Fashion Week atau CFW.
Wooww, catwalk di jalanan dan bukan di gedung bergengsi? Bukan, karena menggelar acara yang bikin heboh Jakarta dan viral kemana-mana ini ialah remaja daerah pinggiran Jakarta. Mereka mempromosikan beragam outfit remaja. Aktivitas yang kemudian mengundang tanggapan dari berbagai pihak, termasuk selebritas dan pejabat, ini bermula dari ajang ekspresi anak muda untuk memeragakan busana versi mereka
Dari panggung utama anak-anak tongkrongan di Sudirman ini muncul nama-nama antara lain Jeje Slebew, Roy, Bonge, Kurma, dll. Aktivitas mereka pun kemudian mendapat dukungan dari Gubernur Jakarta Anies Baswedan sembari mengingatkan agar anak-anak remaja itu untuk tetap menjaga ketertiban dan kebersihan lingkungan. Maklum, sebagian masyarakat mengeluhkan terganggunya arus lalu lintas dan banyaknya sampah.
Tidak hanya anak jalanan yang menampilkan busana nyentrik ala mereka, namun kaum menengah ke atas, artis, bahkan pejabat kemudian ikut ajang catwalk ini. Tak terkecuali, Anies Baswedan dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil ikut memeriahkan dengan berjalan di street catwalk ini. Pro-kontra terhadap kegiatan ini tak terhindarkan. Sebagian anak muda sendiri ada yang bertanya-tanya, “Kok bisa CFW ini rame banget, dan yang ikutan bukan hanya rakyat biasa, tapi berbagai macam. Anak SCBD ada, model internasional yang biasa fashion show di luar negeri pun ada, content creator, kru tv nasional, pejabat pemerintah, orang asing pun ada dalam Citayam Fashion Week ini. Ada apa ya?
Lalu ada yang melontarkan analisis beraroma konspiratif. Analisis ini beranjak dari dugaan: "Jangan-jangan, semua itu program pemerintah yang dilakukan secara diam-diam? Tujuannya untuk menaikkan pamor pedagang UMKM dan brand lokal agar digemari remaja Indonesia, sehingga menambah lapangan kerja, mengurangi pengangguran, sambil mempromosikan daerah dan untuk mengurangi pergaulan buruk anak muda?
Dugaan konspirasi itu bahkan merembet lebih jauh dengan mengaitkan nama-nama personel SCBD yang lagi ramai dibicarakan, yaitu Bonge dan Kurma. Dua nama ini, yang bukan nama asli, kalau disingkat menjadi BK, kemudian dikaitkan dengan BK yang lazim disematkan pada Bung Karno. Apa tujuannya?
Lalu, Kenapa di sana ada outlet Janji Jiwa Coffe? Apakah ini terkait dengan janji-janji pemerintah untuk memperbaiki jiwa rakyatnya? Apalagi, tepat di samping outlet itu ada foto Presiden Jokowi berukuran besar di atas gedung.
Dugaan konspirasi yang dilontarkan itu ditambahi argumen bahwa keramaian fashion show itu kemudian berlangsung di beberapa kota selain Jakarta. Seakan tidak mau kalah, remaja di Depok, Bandung, dan Malang, menggelar acara serupa; Apakah ini yang dinamakan revolusi? Tujuannya untuk memberdayakan SDM dan membantu keuangan negara.
Dugaan konspirasi itu lalu dikaitkan dengan isyarat pada kalimat SleBew, salah satu aktivis CFW, yang artinya secara ringkas yaitu “1000 Wajah dari Jajaran Alat Perang Ekonomi”. Mungkinkah penggagas aktivitas ini sengaja menjadikan Jeje dan anak tongkrongan lainnya untuk menjadi ikon perang ekonomi dan sekaligus mengingatkan pentingnya kebersihan lingkungan. Analis konspirasi ini lalu menganggap bahwa ini sesuai dengan sila ke-2 Kemanusiaan yang Adil dan Beradab. Bahkan, nama Kurma, aktivis CFW lainnya, itu dikaitkan dengan buah yang paling melekat pada agama Islam, yaitu buah kurma. Menurut analis konspirasi, ini menunjukkan sila pertama Ketuhanan yang Maha Esa. Begitu pula penolakan anak-anak muda itu terhadap tawaran beasiswa sekolah dari Menteri Pariwisata Sandiaga Uno kepada semua personil anak tongkrongan yang viral itu, ini sesuai dengan sila ke-5 Keadilan Sosial. Mereka dianggap tidak ingin mendapatkan sekolah gratis, karena masih banyak anak sekolah yang memerlukan biaya. Kemudian, karena kegiatan CFW dianggap bisa mempersatukan rakyat dari berbagai kalangan, maka keadaan ini dianggap sesuai dengan sila ke-3.
Analisis konspirasi belum berhenti di itu, masih ada lagi. Kalau memang menjadi program pemerintah yang dilakukan secara diam-diam, yang tak bebas dari cibiran, bahwa kegiatan ini menghilangkan keestetikan wilayah, menormalkan laki laki memakai baju feminim, dan lainnya, tapi mengapa mereka tetap bersikukuh untuk mempertahankan Citayam Fashion Week ini? Yah, menurut analisis ini, karena didasari Pancasila tadi. Benarkah konspirasi ataukah analisis ini berlebihan?
Lalu, bagaimana menurut pandangan keagamaaan? Indonesia merupakan negara mayoritas muslim yang menilai segala sesuatu berdasarkan ajaran agama, dari sudut pandang aqidah dan akhlaq yang menjadi poin nomor satu. Aturan ini bukan ditujukan hanya untuk Jeje, Roy, Bonge, dan anak SCBD lainnya, tapi juga untuk generasi muda lainnya, netizen Indonesia, dan para pembuat kebijakan. Allah bukan hanya memerintahkan sholat, shaum, dan ibadah rububiyah lainnya, tapi Allah juga mengatur segala bentuk gerak-gerik dan perilaku manusia.
Bagaimana memilih trend yang baik untuk diikuti dan mana yang tidak untuk diikuti di zaman sekarang ini? Masalahnya bukan hanya itu. Memilih sudut pandang dan bersikap sebagai seorang muslim yang tidak melepaskan dari agama dalam memahami fenomena dan trend merupakan hal yang lebih penting.
Banyak sekali yang kontra terhadap peragaan busana oleh remaja di CFW itu begitu melihat beragam busana yang diperagakan tidak sesuai dengan syariat agama, yang menganggap lumrah laki-laki bergaya feminim, maupun membiarkan remaja laki-laki bergaul bebas dengan perempuan, hal-hal yang sangat jauh dari ajaran Islam. Selain dari sudut pandang agama, kegiatan ini juga mengganggu aktivitas orang lain terutama pengendara sepeda motor dan mobil, juga kendaraan roda empat lainnya, yang melintas di sana. Lingkungan berubah menjadi tak seindah dulu, terjadi kemacetan disetiap sudut, sampah berserakan karena banyaknya pengunjung.
Generasi muda boleh berkarya asal jangan meninggalkan agama. Kunci kesuksesan di dunia dan akhirat ialah jika seseorang menggabungkan sisi profesional dan spiritualnya. Semua oke secara profesional, tapi jangan lupakan aspek spiritualnya, yaitu hubungan kita dengan Sang Pencipta yang Maha Kuasa.
Ingatlah pada hadits Nabi: "Tidak dapat bergeser kaki seorang hamba pada hari kiamat sehingga ia ditanya empat perkara: tentang umurnya, untuk apa ia habiskan? Tetang masa mudanya, untuk apa ia gunakan? Tentang hartanya, dari mana ia dapatkan dan kemana ia belanjakan? Dan tentang ilmunya, apakah ia mengamalkannya?" (Hadis riwayat al Bazzar dan Thabrani). Semoga kita bisa menjawab pertanyaan itu dengan tepat dan tidak sia-sia, kita harus memulai saat ini untuk beribadah, berbuat baik, dan beramal di masa muda dengan sebaik-baiknya.
Comments