Oleh : Asriaini Fahrudin
Pernahkah kalian mendengar ihwal Negeri di Atas Awansebuah desa yang terletak di Tidore Kepulauan? Seorang pemuda dari Desa Gurabunga bernama Zulkifli Saleh menceritakan sedikit tentang Desa Gurabunga, yang karena terletak di ketinggian dan selalu berawan dan karena itu kerap dijuluki Negeri di Atas Awan.
Yang pemuda itu ketahui, Desa Gurabunga terletak di kecamatan Tidore di Tidore Kepulauan. Pada awalnya Desa Gurabunga bernama Gurau BangaGurau bermakna danau dan Banga berarti hutan, jadilah danau di tengah hutan.
Nama ini kemudian diubah menjadi Gamsungi atau kampung baru, tapi akhirnya nama ini diganti lagi menjadi Gurabunga, yang masih digunakan sampai sekarang . Gurabunga memiliki arti yang berbeda dengan Gurau banga. Gura berarti kebun dan Bunga bermakna bunga. Nama Gurabunga menggambarkan lingkungan desanya yang penuh dengan tanaman bunga. Setiap pekarangan rumah dan jalan ditanami dengan aneka ragam bunga.
Kelurahan Gurabunga berada di ketinggian 713 meter di atas permukaan air laut dan berada di kaki Gunung Kie Matubu. Gurabunga termasuk salah satu desa tertua dan mempunyai peran sangat penting dalam pemerintahan Kesultanan Tidore.
Di Gurabunga juga terdapat 5 marga dari 9 marga inti Kesultanan Tidore. Masing-masing marga memiliki ketua adatnya masing-masing. Kelima marga yang tinggal di Gurabunga merupakan kelompok Bobato Hakekat, yaitu Kesultanan yang menangani hal-hal di alam ghaib.
Desa Gurabunga menjadi istimewa karena kedudukannya dalam Kesultanan Tidore. Adapun rumah tua yang digunakan dalam berbagai ritual adat Kesultanan Tidore. Rumah yang menjadi tempat tinggal para Sawohi ini sangat sederhana. Ciri rumahnya berdinding bambu, berlantai tanah, dan beratapkan pelepah daun sagu.
Kesederhanaan rumah ini tetap dilestarikan di antara bangunan rumah yang sudah modern. Desa Gurabunga menjadi tempat tinggal para Sawohi atau penghubung antara pihak Kesultanan Tidore dengan roh para leluhur. Saat ini, dalam kedudukan pemerintahan NKRI, Sawohi merangkap jabatan sebagai kepala desa.
Zaman dahulu, ketika Sultan Tidore hendak berpergian ke wilayahnya yang tersebar hingga ke Papua, Sultan Tidore selalu meminta nasihat kepada Sawohi untuk mencari hari baik untuk ke sana. Pemerintahan yang ada di Kesultanan terdiri dari panglima laut, darat, udara, dan prajuritnya.
Desa Gurabunga diyakini sebagai kekuasaan ghaib, sementara wujudnya di Kesultanan Tidore. Itu sebabnya kedudukan Sawohi dan Sultan di dalam struktur Kesultanan Tidore setara. Seperti di desa-desa tua lain yang berhubungan dengan kekuasaan Kesultanan Tidore, kedudukan Sawohi sangat dihormati dan menjadi panutan bagi warganya. Penduduk desa tidak berani menceritakan tentang hal-hal penting dan mistis kecuali sudah diberi izin atau diberi perintah untuk menceritakannya.
Mayoritas penduduk Desa Gurabunga berprofesi sebagai petani. Ada beberapa warga yang menjadi PNS dan Polisi atau TNI, namun kehidupan di pegunungan membuat banyak warga yang akhirnya memilih profesi sebagai petani. Desa Gurabunga menjadi lebih menarik dikarenakan letaknya yang begitu tinggi dan jauh dari pantai, sehingga udaranya terasa begitu sejuk dan tanah subur.
Tanah yang subur membuat tanaman apa saja bisa tumbuh. Pohon apel, sayur-sayuran, dan berbagai tanaman bunga dapat tumbuh di desa ini. Sayangnya, penduduk kurang memanfaatkan tanaman tersebut. Pola pikir masyarakat yang masih sangat tradisional membuat mereka memilih menanam sayuran seperti sawi, cabe, labu, dan tomat saja. Saat masa panen tiba, hasil pertanian ini dijual di pasar-pasar yang berada di Kota Ternate.
Komentáře