top of page
Search

Penuh Hikmah dalam Kajian Al-Hikam

Writer's picture: Journal MoeslimJournal Moeslim

Updated: Jul 25, 2022

Oleh : Jihan Khoerunisa Marhamah


Sore hari, Kamis 14 Juli 2022 M yang bertepatan dengan 15 Zulhijah 1443 H, usai menunaikan shalat Ashar, sejumlah jamaah masih tetap tinggal di dalam Masjid Daarut Tauhiid, Gegerkalong Girang, Bandung. Mereka menanti saat dimulainya kegiatan rutin yang digelar setiap Kamis selama satu jam sejak pukul 15.30, yaitu kajian Al-Hikam.


Pada kajian hari ini, seperti halnya kajian minggu lalu, Ustadz Fahrudin menjadi pembicara. Ustadz Fahhrudin merupakan salah satu ustadz yang sering mengisi kajian Al-Hikam ini. Dalam muqodimahnya, Ustadz Fahrudin selalu menekankan kepada jamaah bahwa dalam majelis ilmu, niatnya harus karena Allah dan caranya harus benar. Ustadz Fahrudin juga mengungkapkan bahwa setiap amal yang dilaksanakan oleh seorang muslim akan bernilai ibadah.


Dalam tausiyahnya, Ustadz Fahrudin menerangkan bahwa Allah akan menguji dan memberikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keinginan kita sebagai fitnah (ujian). Menyinggung salah satu dalil pada ceramahnya, Ustadz Fahrudin mengutip QS al-Anbiya [21]: 35 :

كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ وَنَبْلُوْكُمْ بِالشَّرِّ وَالْخَيْرِ فِتْنَةً ۗوَاِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ

"Setiap yang bernyawa akan merasakan kematian. Kami menguji kamu dengan keburukan dan kebaikan sebagai cobaan. Kepada Kamilah kamu akan dikembalikan."


Ustadz Fahrudin memberikan penjelasan tentang ayat tersebut bahwa di dalam beribadah kita akan diuji oleh Allah. Allah akan menguji dengan sesuatu yang kita sukai dan akan menguji dengan sesuatu yang kita benci. Tidak sedikit orang yang mampu melewati ujian ini. Karena itu, untuk menjadi orang yang sukses dalam menghadapi suatu masalah ataupun ujian, ada beberapa hal yang harus kita siapkan dalam diri. Di antaranya adalah:


  1. Siap, siap sebelum atau sedang menghadapi ujian. Maksudnya ialah meyakini bahwa Allah SWT akan menguji siapapun orang yang beriman kepada-Nya, serta meyakini bahwa Allah tidak akan memberikan beban di atas kemampuan hambanya.

  2. Ridho, yaitu siap ketika ujian datang.

  3. Jangan mempersulit diri. Maknanya: tidak mempersulit suatu masalah ataupun ujian yang datang menghampiri. Meyakini semua yang terjadi kepada diri kita adalah yang terbaik dari Allah.

  4. Evaluasi, yaitu melakukan evaluasi diri, karena segala suatu ujian yang menimpa diri bisa jadi karena perbuatan tangan kita sendiri. Maka beristighfarlah, bertobatlah kepada Allah dan berjalan dengan lurus sesuai dengan perintah-Nya.

  5. Tawakal kepada Allah. Ketika kita sudah melaksanakan semuanya, bertawakallah kepada Allah SWT untuk hasil terbaik.

Kemudian Ustadz Fahrudin menganalogikan sikap sukses siap dalam menghadapi masalah adalah sikap Nabi Muhammad SAW dan Nabi Ibrahim As dalam perjuangan dakwah mereka.


Adzo Umi Hanuun, santri program pesantren mahasiswa yang merupakan mahasiswi prodi Hukum Ekonomi Syari'ah STAI Daarut Tauhid, dalam wawancaranya mengungkapkan hikmah yang ia dapatkan dalam kajian Al-Hikam sore ini, yaitu "Ujian bukan sekedar perihal kesengsaraan atau kebahagiaan, tetapi ujian adalah kasih sayang dan kepercayaan Allah bahwa ada pundak yang selalu yakin bahwa ia yakin mampu menjalani setiap ujian sebab di setiap ujian itu ada Allah yang menguatkan."


Adapun Suhana Anzalna, juga santri program pesantren mahasiswa dan seorang mahasiswi prodi Komunikasi Penyiaran Islam STAI Daarut Tauhid, dalam wawancaranya menyampaikan hikmah yang ia peroleh nya, yaitu bahwa "Setiap amalan sholeh itu pasti mengharapkan ridho dari Allah. Karena apa-apa yang baik itu datang dari Allah, maka, berusaha untuk memperbaiki dan memperbanyak berbuat kebaikan dengan diniatkan karena Allah Ta'ala, dan untuk diri kita sendiri biarlah Allah yang memberi kebajikan atas kebaikan kita."

8 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page