top of page
Search

Sang Pembawa Peradaban

Writer's picture: Journal MoeslimJournal Moeslim

Updated: Jul 25, 2022

Oleh : Nurul Fadhilah

Di hadapan Allah SWT derajat semua makhluk itu sama, antara laki-laki dan wanita tidak ada yang dilebihkan tidak pula direndahkan, semuanya sama sesuai dengan fitrah masing-masing. Terkadang, sebagian orang masih berpandangan bahwa wanita dan laki-laki tidak sama haknya, sehingga harus ada yang terpojokkan salah satunya. Karena itulah, banyak wanita yang terus berjuang agar wanita memperoleh hak yang sama seperti laki-laki, di antaranya dapat mengenyam pendidikan yang lebih tinggi. Kita mengenal tokoh-tokoh wanita di bidang pendidikan, seperti Raden Ajeng Kartini dan Hasri Ainun Besari, atau biasa dipanggil Hasri Ainun Habibie, istri Presiden Indonesia ketiga, BJ Habibie, yang berjuang dan berkorban untuk mewujudkan hak-hak kaum wanita di bidang pendidikan.


Islam sangat memuliakan wanita. Bahkan, kita mengenal ungkapan bahwa Surga di bawah telapak kaki seorang ibu. Dalam sejarah perkembangan Islam pun, ada banyak tokoh wanita hebat. Khadijah RA contohnya. Istri Rasulullah ini bukan saja yang pertama kali menerima agama Islam, namun beliau juga seorang pembisnis yang tangguh. Ada Ummu Abdurrahman An-Nashir, ibunda sang penakluk Prancis dan Swiss. Ada pula Khaulah Binti Al- Azwar, prajurit berkuda yang bercadar. Ini bukti bahwa agama Islam tidak pernah menempatkan wanita sebagai gender kedua, terbukti Rasulullah tidak melarang wanita untuk ikut berperang sekalipun ia bercadar. Wanita memiliki puncak-puncak kehormatan semua manusia, tapi tidak selalu mampu melindungi kehormatannya, karena wanita tidak memiliki otot sekuat laki-laki dan keberanian sebesar laki-laki. Kehormatan wanita tidak cukup dilindungi dengan rasa malu saja.


Terdapat banyak hal yang saya ingin ungkapkan ketika berbicara tentang seorang wanita dan segala permasalahannya, karena saya sendiri seorang wanita. Seringkali, dan bahkan masih ada, orang yang berpendapat wanita itu lemah, berada di bawah kekuasaan laki-laki, pendidikannya akan sia-sia jika sudah menjadi ibu rumah tangga, dan sampai saat ini masih banyak pelecehan terhadapnya, tidak mengenal siapapun kapanpun. Bahkan, banyak media yang memberitakan seorang anak laki-laki yang melecehkan saudari kandungnya atau seorang ayah yang tega menyetubuhi anak gadisnya.


Islam memandang seorang wanita sebagai makhluk yang lemah lembut dikaitkan dengan kesucian dan keindahannya, keanggunan dan keteduhannya, ketangguhan dan keteguhannya, diutamakan dan dimuliakan. Dunia tanpa wanita dapat diibaratkan negara tanpa tiang yang berperan sebagai pondasinya. Rasulullah SAW menyatakan, Wanita adalah tiang negara, jika baik wanitanya, baik pula negaranya, dan jika rusak wanitanya, rusak pula negaranya. Shalahuddin Al- Ayyubi, sang Pembebas Yerusalem pada masanya, juga mengungkapkan, Jika kamu ingin menghancurkan suatu bangsa tanpa peperangan, jadikan perzinahan atau mengumbar aurat hal lumrah di generasi mudanya.

Dalam sebuah rumah tangga tanpa wanita sebagai pendamping diibartakan tubuh tanpa leher. Walaupun seorang laki-laki yang menjadi pemimpinnya, ia tidak akan bisa bergerak tanpa wanita sebagai sekretaris dan bendahara dalam rumah tangga. Sama halnya dengan kepala yang tidak bisa bergerak tanpa leher yang menggerakkannya.


Terdapat ungkapan dalam Bahasa Arab yang berbunyi almarukalmirah, yang artinya wanita itu bagaikan cermin, yang akan terjaga dengan baik jika kita menggunakanya dengan baik pula. Begitupun wanita, kehormatannya akan terjaga dengan baik sesuai cara kita memperlakukannya. Keretakan hati seorang wanita layaknya cermin yang pecah, bisa diperbaiki kembali namun bekasnya tak akan hilang.

Wanita juga diibaratkan tulang rusuk yang bengkok. Seperti diriwayatkan oleh Al-Hakim dari Samurah RA secara marfu, Rasulullah SAW bersabda, Wanita itu diciptakan dari tulang rusuk, jika meluruskannya, maka kamu mematahkannya. Jadi, berlemah lembutlah terhadapnya, maka kamu dapat hidup bersamanya. (HR. Al- Hakim IV/174).


Wanita adalah sang pembawa perubahan terbesar pada ummat. Perubahan zaman ada padanya, fitnah terbesar setelah fitnah dunia adalah karenanya. Dengan kemuliaannya, surga di bawah telapak kakinya, karena ketaatannya bidadari surga bisa cemburu, peradaban dunia ada pada genggaman seorang wanita. Generasi penerus bangsa dan agama terlahir dan terdidik olehnya. Wanita makhluk paling perasa, kasih dan sayang tercurah dari hatinya.


Sebagai wanita muslimah, menjaga kehormatan adalah kewajiban kita. Rasa malu yang menghiasi diri menjadikan mahkota yang harus dilindungi, layaknya perhiasan yang sangat berharga yang susah untuk didapatkan sehingga tidak sembarang orang bisa memakainya. Namun, zaman sudah membawanya pada perubahan yang sangat kejam, hingga wanita berhijab sesuai dengan syariat dianggap kuno. Berhijab seharusnya tidak hanya menjadi gaya-gayaan dan mengikuti trend mode saja. Mode tidak dilarang, tapi fitrah utamanya tetaplah menutup aurat sesuai syariatnya.


Dunia adalah perhiasan dan sebaik-baiknya perhiasan adalah wanita shalihah. (HR. Muslim)

23 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page