top of page
Search

Sepenggal Hikmah dari Semangat Belajar dan Menghafal Al Qur’an Anak-anak Luar Biasa

Writer's picture: Journal MoeslimJournal Moeslim

Oleh : Fenia Nabila


Cahaya Quran, di bawah naungan Yayasan Tabungan Syurga, merupakan pondok pesantren Tuna Netra dan Sekolah Luar Biasa (SLB) gratis yang berlokasikan di Jl. Raya Cibadak-Ciampea Benteng, Kec. Ciampea, Kota Bogor, Jawa Barat. Cahaya Quran didirikan oleh Firman Sukmawirya pada tahun 2013. Dalam sambutannya saat Acara Tarhib Ramadhan 1443 H, beliau mengatakan awal mula atau motivasi mendirikan Pondok Pesantren Cahaya Quran dan sekolah luar biasa gratis, karena di kawasan Kota Bogor hanya ada empat Sekolah luar biasa untuk anak-anak para penyandang disabilitas dan difabel, masih jauh dari kata cukup untuk memenuhi standar kebutuhan pendidikan mereka.


Menurut Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2016 tentang Penyandang Disabilitas, Penyandang Disabilitas adalah setiap orang yang mengalami keterbatasan fisik, intelektual, mental, dan atau sensorik dalam jangka waktu lama yang dalam berinteraksi dengan lingkungan dapat mengalami hambatan dan kesulitan untuk berpartisipasi secara penuh dan efektif dengan warga Negara lainnya berdasarkan kesamaan hak.


Seiring berjalannya waktu, Cahaya Quran makin dikenal dan berkembang, tidak hanya memberikan pendidikan kepada penyandang tunanetra saja. Pengidap autisme, Down syndrome, tuna rungu, tuna wicara, dan penyakit keterbelakangan mental lainnya bisa belajar di sini. Firman juga kemudian terdorong untuk menyediakan pondok pesantren untuk guna memudahkan anak-anak yang jarak rumahnya jauh dari sekolah.


Meskipun memiliki keterbatasan, mereka memiliki semangat untuk belajar dan menghafal Al-Qur’an yang sangat luar biasa. Tidak sedikit dari mereka merupakan penyandang tunanetra atau kondisinya mengalami gangguan atau hambatan dari segi penglihatan, namun hal itu tidak menjadi hambatan bagi mereka, melainkan justru memacu mereka untuk lebih berusaha agar mereka bisa menghafal kalam-Nya dengan menggunakan Al-Quran Braille.


Seperti disebutkan di situs Lajnah Kementerian Agama RI, Rabu (28/4), Al-Quran Braille adalah salah satu varian Mushaf Standar Indonesia yang ditulis dengan simbol Braille dan telah dibakukan serta diperuntukkan bagi para tunanetra atau orang-orang yang mempunyai gangguan penglihatan. Jari-jari tangan kanan anak-anak Tunanetra Cahaya Quran ini sangat piawai dan begitu lincah bergerak di atas lembar demi lembar kertas berbintik-bintik kosong. Tidak ada tulisan berbahasa Arab sedikit pun di dalamnya seperti Al Quran pada umumnya.


Sehari-hari mereka memiliki kegiatan rutin. Di pagi hari, kegiatan diisi dengan belajar pelajaran umum di sekolah, lalu dilanjutkan dengan mengahafal Al Quran. Banyak anak-anak yang sudah hafal beberapa juz Al Quran, bahkan ada yang sudah mencapai 12 juz, walaupun mereka belajar sembari diselingi bermain dan berkebun bersama-sama. Banyak sekali prestasi yang telah diraih oleh anak-anak pondok pesantren dan sekolah luar biasa Cahaya Quran. aAda yang pernah mendapatkan juara lomba menyanyi tingkat kabupaten, yakni Suryani, dan lomba murotal Sarafina putri. Begitulah, di balik kekurangan seseorang pasti Allah titipkan kelebihan, dan pada hakikatnya manusia itu tidak akan pernah ada yang sempurna.


Tapi ada hal yang mesti kita tahu di balik semua prestasi dan senyum ceria mereka itu. Mereka membutuhkan usaha yang lebih untuk berada di titik seperti itu, karena mereka selalu merasa diperlakukan berbeda karena keterbatasannya itu. Ratih betah di sini. Pertama, mungkin karena sama-sama punya kekurangan, jadi bisa saling menguatkan satu sama lain, bisa saling tukar cerita pengalaman masing-masing. Temen-temen nya itu gak pernah pilih-pilih, semuanya gak ada yang beda-bedain. Terus, relawan di sini juga selalu kasih dukungan dan semangat buat kita. Berbeda ketika di umum, yang sering menganggap kita seperti anak kecil, ujar Ratih, salah satu murid SLB Cahaya Quran. “Senang karena ketemu banyak teman yang sama punya kekurangan, terus bisa sekolah, ujar Fina, salah satu murid SLB Cahaya Quran.


Pelajaran bagi kita, jangan pernah menganggap rendah siapapun sekalipun mereka punya keterbatasan dari sudut pandang atau sisi penglihatan kita, tetapi Allah telah menciptakan manusia itu dengan sebaik-baiknya bentuk. Allah tidak pernah membedakan hambanya yang berparas tampan rupawan ataupun tidak. Di hadapan Allah semua makhluk itu sama, hanya saja yang membedakan adalah ketakwaannya kepada Sang Pencipta, sebagaimana Firman Allah dalam QS. Al Hujurat ayat 13: “Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertakwa di antara kamu.”


Banyak sekali hikmah yang dapat kita rasakan dan ambil dari sepenggal kisah kehidupan mereka, si anak-anak luar biasa itu. Sebutlah di antaranya, bagaimana cara mereka bersyukur dengan keadaannya, bagaimana semangat pantang menyerahnya dalam mengejar mimpi dan cita-cita, bagaimana cara mereka ridho menerima takdir dan ketetapan Allah untuk dirinya, serta masih banyak lagi yang lainnya.

Kadang kita terlalu lalai dan enggan memerhatikan hal-hal seperti itu di kehidupan kita pribadi. Mereka adalah ajang bagi kita untuk dapat mengintrospeksi diri, mengapa kita yang diberi oleh Allah kesempurnaan fisik masih saja mengeluh, selalu merasa kurang akan pemberian Allah dan enggan untuk bersyukur kepada-Nya. Mereka dapat menjadi ladang amal untuk kita berbagi kebahagiaan dan senyuman kepada mereka.

13 views0 comments

Recent Posts

See All

Comments


bottom of page